Saturday, July 31, 2010

Orangtua Over protective = Anak Sehat dan Selamat?

Belakangan ini aku sering banget nemuin orangtua baru (ortu dengan baby di bawah 1 tahun) yang sangat extra ketat menjaga anaknya.  Salah satu sepupuku kekeuh ngotot kalo anak-anak kembarnya GAK BOLEH keluar rumah sampai mereka berumur 6 bulan. Bahkan kalo ada visitors yang notabene keluarga sendiri, ketat banget peraturannya. Gak sembarang orang boleh gendong, kalau mau pegang atau mendekat harus pake masker dan cuci tangan pake antiseptic. Sampe sekarangpun aku dan sepupu2 yang lain gak pernah gendong ponakan kembar yang lucu2 itu. Pegang pun gak berani... takut salah. Takut kami mengandung virus berbahaya... :(

Salah satu temen deketku, TAKUT LUAR BIASA kalau anaknya (8mths old boy) terkena paparan kuman dari luar. Orang siapapun yang masuk ke rumahnya di interview dulu, lagi pilek gak, ada batuk gak, kalo ketauan abis anget2 ditanya udah sembuh belum. Sejak lahir sampai sekarang gak pernah kena matahari langsung. Boro2 jalan ke taman di kompleks pake stoller, di rumahpun hanya sebatas ruang tamu dan kamar yang full AC. Gak boleh keluar atau ke taman belakang karna takut digigit nyamuk (yang ironis, di kamar terus tapi yah bentol juga hehehe). Jadi kalo-pun jalan2 hanya di dalam mobil turun ke mall, sebisa mungkin jangan kena udara luar. Oh, sangat exclusive anak2 itu...Well, salah gak sih  kalo aku men-cap mereka over protective?


Pengalamanku sendiri membesarkan anak, umur 7 hari udah jalan2 ke taman, sebulan pertama kami bolak balik berkunjung ke rumah saudara dan teman karna udah mau pulang ke tanah air. Umur sebulan pas naik pesawat, sebulan lebih diperkenalkan ke keluarga besar (kami ke rumah opung dan semua ngumpul) dan semua orang bebas gendong, selama tangan mereka bersih :) Dua bulan naik pesawat lagi kembali ke Batam dan tiga bulan lebih setiap minggu rutin aku bawa sunday school. Menurutku alangkah baiknya kalo anak bersosialisasi sejak dini, jadi dia kenal orang dewasa lain selain orangtuanya dan juga ada anak-anak lain selain dirinya.

Apakah aku gak pernah khawatir? Yang namanya orangtua pasti gak pengen anaknya sakit dan selalu selamat. Tapi aku bekali diriku dengan buku-buku dan internet research tentang kesehatan bayi dan tumbuh kembang anak. Kalo bekal  pengetahuan kita cukup, pasti semuanya berjalan dengan baik. Terus apa gak pernah anakku sakit? Wah sering banget... sebelum setahun Belle berapa kali batuk pilek. Dan seringnya memang ketularan orang dewasa yang kebetulan flu dan dekat2. Panik sih juga ada, waktu pertama kali Belle demam sehabis imunisasi, aku gendongin dia semaleman karna comfortnya nyusu jadi nonstop dia nyusu berjam-jam. Praktis aku kurang tidur malam itu. Tapi lalu aku belajar bahwa demam itu bukan sesuatu yang harus dikhawatiri berlebihan (selama gak lebih dari 38`C). Demam itu sendiri sebetulnya bukan penyakit tapi mekanisme pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri dalam tubuh. Jadi bentuk suatu kekebalan atau antibodi, ada demam berarti tubuh lagi memerangi infeksi yang menyebabkan penyakit. Itu sebabnya dengan satu pencerahan aku jadi gak khawatir berlebihan kalo Belle demam.

Bukannya nyepelein juga sih, karna aku tahu apa yang harus dilakukan. Observasi aja dulu, home treatment dulu, kalo dalam 2X24 jam panas makin tinggi dan anak kelihatan lemas, baru aku bawa ke dokter. Dan lagi karna aku selalu kasih ASI sebagai the best antibodi, the best nutrition, all the best deh... sakit apapun aku kasih ASI dan Puji Syukur sih anakku tergolong sehat, sempurna pertumbuhannya dan kalopun sakit memang cepat sembuhnya tanpa obat2an apapun. Tetap pantau anak kalau sakit, itu udah pasti! Tapi kalo emang gak perlu dikasih  obat ini itu apalagi antibiotic, pikir ulang deh... untuk apa kita masukin zat2 kimia ke badan anak? Yang ada nanti malah kekebalan tubuhnya berkurang! Soal keluar rumah dan ketemu orang luar, selama dalam pengawasan aku gak ada masalah. Tentunya kalo aku liat orangnya sakit parah ya ga mungkin aku kasih deket2. Toh di dalam rumahpun virus berkeliaran, gak usah di luar sana deh. Di dalam rumah juga ga bebas kuman. Benda2 tajam dan cat yang mengandung timah contohnya. Terus, kalo apa2 takut apa mau kita kerangkeng anak kita??

Selain itu aku pernah baca artikel kalo orangtua yang over protective akan sangat buruk pengaruhnya bagi tumbuh-kembang anak. Efeknya ke anak bisa jadi seperti ini:
  •  Anak tumbuh menjadi penakut dan pencemas. Ini karena mereka sepanjang pertumbuhannya selalu dipenuhi rasa cemas ortu. Mau merangkak ke luar teritori sedikit, ortu teriak jangan. Apa2 jangan, padahal gak membahayakan keselamatan.
  • Anak menjadi kurang mandiri. Karna ortu protective, biasanya segalanya disediakan. dan  dilayani. Anak dilarang makan sendiri, takut tersedak. Anak dilarang pake baju sendiri, takut keseleo, dll
  • Anak menjadi Kurang percaya diri. Karena segala sesuatunya dibantu, anak menganggap dirinya gak berdaya untuk melakukan apapun
  • Anak menjadi mudah menyerah. Ortu yang over protective biasanya tidak ingin melihat anaknya gagal. Contoh, bayi belajar merangkak, gak boleh ke lantai karna takut lecet;  belajar jalan, gak boleh jatuh, dst.
  • Anak menjadi susah bergaul. Karena ortu sering cemas akan hal-hal remeh-temeh dan membatasi contact dengan orang maka anak berpikir bahwa orang lain dan dunia luar sana tidak aman baginya.
  • Anak memiliki wawasan yang sempit dan kurang kreatif. Hal ini karena ortu over protective seringkali melarang dan membatasi ruang gerak batasnya sehingga anak tidak bisa berexplorasi secara maksimal
 (source: Ibu Indonesia)

Nah,  ngeliat banyak ruginya akibat sikap over protective orangtua, ada baiknya kita sebagai ortu lebih bijak lagi dalam membesarkan anak. Memang anak itu harus dilindungi terutama keselamatan dan kesehatannya. Tapi kalau terlalu berlebihan juga sangat gak baik buat perkembangannya. Pilah-pilahlah apakah hal yang dilarang karna membahayakan keselamatannya atau hanya kekhawatiran gak beralasan belaka. Happy Parenting! :)

No comments:

Post a Comment