Tuesday, November 8, 2011

Yesusku Jurus'lamatku (Jesus is my Saviour)

 Di saat lagi galau, segalau2nya... aku selalu dengar dan nyanyi lagu ini. 
 
Yesusku Jurus’lamatku, Tuhanku, Mukhalisku. 
Tumpuan pengharapanku dan perisai perlindunganku. 
Tatkala hidupku sendu dan hati gundah pilu, 
Tuhanku Yesus kuseru dan jiwaku tenang dan teduh. 
Setiap langkahku tempuh, kutoleh Tuhanku. 
Setiap hasrat kugelut, kutanya Tuhanku. 
Ke dalam kasih Penebus ‘ku berserah selalu, 
tiada lagi takutku, walau hidup penuh seteru.
 
Resapi banget kata-katanya dan selalu dapat kekuatan dari lagu ini. Thankyou Lord!!

Tuesday, October 18, 2011

Rindu

Belakangan ini kalo pas nyetir (aku lagi di Jakarta jadi waktu yang panjang karna jarak ditambah macet bikin sering denger radio) beberapa kali denger lagu, kayaknya familiar banget nih lagu jaman aku kuliah (Ooops ketauan deh tuirnya heehehe...) tapi yang sekarang ini dinyanyiin ulang dan banyak improvisasinya, ternyata kata sang penyiar, penyanyinya Agmon alias Agnes Monica. Pantes keren abisss.... 
Ohya, judul lagunya simple but have deep meaning "RINDU" lyric dan melodynya so powerful. Setelah Googling baru inget kalo dulu lagu ini dinyanyiin sama FRYDA. Kabar terakhir sih si mbak Fryda ini ngelanjutin study ke Australia trus ngilang, ga bikin album lagi. Padahal menurut aku sih ga kalah deh sama Agmon, punya ciri masing2. Aku lebih prefer yg versi FRYDA karna lebih kena aja kayaknya, interpretasi RINDU nya lebih dapet. Yah tapi ini pendapat pribadi sih... yang ngefans sama AgMon jangan marah yaaa... Tetep AgMon nyanyinya bagus juga kok dengan improvisasinya. Di versi yang lama, endingnya begini "Rindu ini... telah sekian lama terpendam!" wiiihhh emang juara ni lagu karangan Eros Djarot, bikin merinding!

Ini lyricnya (versi Fryda):

Selama aku mencari
selama aku menanti
bayang bayangmu di batas senja
matahari membakar rinduku
kumelayang terbang tinggi

bersama mega mega

menembus dinding waktu
kuterbaring dan pejamkan mata
dalam hati kupanggil namamu
semoga saja kau dengar dan merasakan

getaran di hatiku

yang lama haus akan belaianmu
seperti saat dulu
saat saat pertama
kau dekap dan kau kecup bibir ini
dan kau bisikkan kata kata
aku cinta ... padamu

peluhku berjatuhan

menikmati sentuhan
perasaan yang teramat dalam
tlah kau bawa sgala yang kupunya
rindu ini tlah sekian lama terpendam 

Yang mau denger lagunya versi asli by Fryda disini dan versi AgMon disini yaa... ENJOY!! 

Thursday, May 12, 2011

sahm vs wm is not really a competition

Jangan pusing dengan singkatan di judul postingan ini :) sahm itu kepanjangannya stay at home mom, kalau wm yah working mom. Kalau dulu istilah sahm disebut ftm --> full time mom. Tapi banyak yg protes (mungkin dari working mom) karna kan biar gimanapun gak ada istilah part time mom.

Bosen juga sih sebenernya ngebahas tentang topik ini karna di blog ibu2 lain pasti udah banyak bertebaran bahasan yang sama beserta pro dan kontranya. Cuma aku mau curhat sedikit aja (gak banyak2 kok) tentang beberapa komentar ke diriku yang seorang sahm.

Sekedar refresh, alasan kenapa aku memutuskan resign dan bekerja di rumah udah pernah aku post disini Kalo di postingan tsb aku cerita tentang komentar2 negatif orang tentang seorang ibu rumah tangga, yang belakangan masuk ke aku (entah sebagai basa basi atau kesantunan cari topik pembicaraan) sebaliknya. Biasanya sih di kumpulan ibu2, salah seorang ibu bekerja awalnya tanya2 perkembangan anak "Belle udah bisa apa?" Terus ada juga yang menanggapi "Enak yah bisa di rumah, jadi tau persis perkembangan anak, gak pernah ketinggalan." Ada juga yang katanya sih... iri dan pengen bisa "santai2" sepanjang hari di rumah seperti diriku. Apa tanggapanku ngadepin itu semua? Yah paling cuma bisa senyum :) Masak iya sih mo beberin jadwal kegiatanku dari mulai buka mata, siapin keperluan anak + suami, masak, pikirin aktivitas yang berguna buat anak, belajar sambil main2, cari metode dan nerapin untuk mengkoreksi bad attitude anak, etc etc sampai tidur lagi. Tentunya diusahain ada 'me time' kebanyakan baca buku atau internet (ngeblog, belajar IM, search info berguna), kebetulan aku gak terlalu suka nonton TV sih, jd ga masuk kegiatan yang menurutku cukup berguna. Lebih baik main sama anak daripada nonton TV buat aku.

Anyway, back to topik semula. Yang bikin aku shock adalah kejadian sore ini sih. Karna mumpung lagi di Jakarta jadi aku ketemuan dengan teman2 lama. Temen SMAlah, temen dulu bareng kerjalah, temen SD, dan temen kuliah. Tadi kebetulan sama temen kuliah dulu sama2 di Aussie. Kasus kami sama sih, setelah anak lahir atau pas hamil, resign dari kerjaan. Bedanya anakku masih satu, dia baru aja lahir anak ke-2. Tiba2 lagi ngobrol2 (tadinya bertiga, tapi temen satunya yg sahm juga udah pulang duluan), dia nanya "Terus loe ngapain aja di rumah kalo di Batam?" Padahal baru sejam sebelumnya kita ngebahas loh, ada temen lain (tarolah namanya si X) yg working mom dan setiap tau dari antara kami resign pasti sibuk nanya2 "emang loe bener resign? ga bosen di rumah? si rumah ngapain aja?" Dan kita ngerasa agak ganggu pertanyaannya, karna emang terlalu mojokin sih lama2. Nah, langsung aja aku balikkin "Ihhh elo pertanyaannya kok sama aja kayak si X?" Terus dengan menghela nafas (halah lebay wkwkwkwk) Aku bilang "Say, elo anak dua dan punya baby sitters dua, gw itu ngurus anak sendiri. Emang ada maid sih, tapi yang masak juga tetep gw. Jadi, kalo elo ngapain aja di rumah?" Terus dia cengengesan, malah sempet2 nyeletuk "Oh, kirain masih suka chating kayak dulu" Ya ampun... hari gini sih internetan udah bisa cari duit kali say... ga cuma chatting (emang temenku satu ini agak gatek :p). Yah gimana gak shock ya, kalo yang nanya working mom yang serba bisa (kerjaan kantor beres, anak bisa tetep full ASI, home made food, pinter, santun, suami keurus) mau comment atau kritik ke aku sih hayooo dehh diterima, secara aku gak (blom) sanggup sih bayangin kalo musti kerja kantoran 9-5 (iya kalo 9-5 dan mon to fri, yang udah2 sih 8-8 mon to sat), pulang ke rumah dengan sisa2 tenaga udah harus siap lagi dengan peran sebagai ibu seutuhnya. Well, mungkin orang lain ada yang bisa. Tapi aku ngukur kemampuan diri dan standard yang aku harapkan di perkembangan anakku di segala aspek (dan aku punya keyakinan sih, semua itu ga bisa diserahin ke sekolah atau pengasuh) rasanya aku belum punya kemampuan manage waktu sehebat itu. So, aku hanya bisa bilang salut buat working mom yang bisa handle dua perannya di kantor dan di rumah dengan baik.



Tuesday, May 3, 2011

Anak-Anak Karbitan

Anak-anak yang digegas
Menjadi cepat mekar
Cepat matang
Cepat layu...

Pendidikan bagi anak usia dini sekarang tengah marak-maraknya. Dimana mana orang tua merasakan pentingnya mendidik anak melalui lembaga persekolahan yang ada. Mereka pun berlomba untuk memberikan anak-anakmereka pelayanan pendidikan yang baik. Taman kanak-kanak pun berdiridengan berbagai rupa, di kota hingga ke desa. Kursus-kursus kilat untuk anak-anak pun juga bertaburan di berbagai tempat. Tawaran berbagai macam bentuk pendidikan ini amat beragam. Mulai dari yang puluhan ribu hingga jutaan rupiah per bulannya. Dari kursus yang dapat membuat otak anak cerdas dan pintar berhitung, cakap berbagai bahasa, hingga fisik kuat dan sehat melalui kegiatan menari, main musik dan berenang. Dunia pendidikan saat ini betul-betul penuh dengan denyut kegairahan. Penuh tawaran yang menggiurkan yang terkadang menguras isi kantung orangtua ...

Captive market I
Kondisi diatas terlihat biasa saja bagi orang awam. Namun apabila kita amati lebih cermat, dan kita baca berbagai informasi di intenet dan lileratur yang ada tentang bagaimana pendidikan yang patut bagi anak usia dini, maka kita akan terkejut! Saat ini hampir sebagian besar penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak usia dini melakukan kesalahan.
Di samping ketidak patutan yang dilakukan oleh orang tua akibat ketidaktahuannya!

Anak-Anak Yang Digegas...
Ada beberapa indikator untuk melihat berbagai ketidakpatutan terhadap anak. Di antaranya yang paling menonjol adalah orientasi pada kemampuan intelektual secara dini. Akibatnya bermunculanlah anak-anak ajaib dengan kepintaran intelektual luar biasa. Mereka dicoba untuk menjalani akselerasi dalam pendidikannya dengan memperoleh pengayaan kecakapan-kecakapan akademik dl dalam dan di luar sekolah.

Kasus yang pernah dimuat tentang kisah seorang anak pintar karbitan ini terjadi pada tahun 1930, seperti yang dimuat majalah New Yorker. Terjadi pada seorang anak yang bernama William James Sidis, putra seorang psikiater. Kecerdasan otaknya membuat anak itu segera masuk Harvard College walaupun usianya masih 11 tahun. Kecerdasannya di bidang matematika begitu mengesankan banyak orang. Prestasinya sebagai anak jenius menghiasi berbagai media masa. Namun apa yang terjadi kemudian ? James Thurber seorang wartawan terkemuka. pada suatu hari menemukan seorang pemulung mobil tua, yang tak lain adalah William James Sidis. Si anak ajaib yang begitu dibanggakan dan membuat orang banyak berdecak kagum pada beberapa waktu silam.

Kisah lain tentang kehebatan kognitif yang diberdayakan juga terjadi pada seorang anak perempuan bernama Edith. Terjadi pada tahun 1952, dimana seorang Ibu yang bemama Aaron Stern telah berhasil melakukan eksperimen menyiapkan lingkungan yang sangat menstimulasi perkembangan kognitif anaknya sejak si anak masih benapa janin. Baru saja bayi itulahir ibunya telah memperdengarkan suara musik klasik di telinga sang bayi. Kemudian diajak berbicara dengan menggunakan bahasa orang dewasa. Setiap saat sang bayi dikenalkan kartu-kartu bergambar dan kosa kata baru. Hasilnya sungguh mencengangkan! Di usia 1 tahun Edith telah dapat berbicara dengan kalimat sempurna. Di usia 5 tahun Edith telah menyelesaikan membaca ensiklopedi Britannica. Usia 6 tahun ia membaca enam buah buku dan Koran New York Times setiap harinya. Usia 12 tahun dia masuk universitas. Ketika usianya menginjak 15 lahun la menjadi guru matematika di Michigan State University. Aaron Stem berhasil menjadikan Edith anak jenius karena terkait dengan kapasitas otak yang sangat tak berhingga. Namun khabar Edith selanjutnya juga tidak terdengar lagi ketika ia dewasa. Banyak kesuksesan yang diraih anak saat ia menjadi anak, tidak menjadi sesuatu yang bemakna dalam kehidupan anak ketika ia menjadi manusia dewasa.

Berbeda dengan banyak kasus legendaris orang-orang terkenal yang berhasil mengguncang dunia dengan penemuannya. Di saat mereka kecil mereka hanyalah anak-anak biasa yang terkadang juga dilabel sebagai murid yang dungu. Seperti halnya Einsten yang mengalami kesulitan belajar hingga kelas 3 SD. Dia dicap sebagai anak bebal yang suka melamun. Selama berpuluh-puluh tahun orang begitu yakin bahwa keberhasilan anak di masa depan sangat ditentukan oleh faktor kogtutif. Otak memang memiliki kemampuan luar biasa yang tiada berhingga. Oleh karena itubanyak orangtua dan para pendidik tergoda untuk melakukan "Early Childhood Training".


Era pemberdayaan otak mencapai masa keemasannya. Setiap orangtua dan pendidik berlomba-lomba menjadikan anak-anak mereka menjadi anak-anak yang super (Superkids). Kurikulum pun dikemas dengan muatan 90 % bermuatan kognitif yang mengfungsikan belahan otak kiri. Sementara fungsi belahan otak kanan hanya mendapat porsi 10% saja.
Ketidakseimbangan dalam memfungsikan ke dua belahan otak dalam proses pendidikan di sekolah sangat mencolok. Hal ini terjadi sekarang dimana-mana, di Indonesia....

"Early Ripe, early Rot...!"
Gejala ketidakpatutan dalam mendidik ini mulai terlihat pada tahun 1960 di Amerika. Saat orangtua dan para professional merasakan pentingnya pendidikan bagi anak-anak semenjak usia dini. Orangtua merasa apabila mereka tidak segera mengajarkan anak-anak mereka berhitung, membaca dan menulis sejak dini maka mereka akan kehilangan "peluang emas" bagi anak-anak mereka selanjutnya. Mereka memasukkan anak-anak mereka sesegera mungkin ke Taman Kanak¬Kanak (Pra Sekolah). Taman Kanak-kanak pun dengan senang hati menerima anak-anak yang masih berusia di bawah usia 4 tahun. Kepada anak-anak ini gurunya membelajarkan membaca dan berhitung secara formal sebagai pemula.

Terjadinya kemajuan radikal dalam pendidikan usia dini di Amerika sudah dirasakan saat Rusia meluncurkan Sputnik pada tahun 1957. Mulailah "Era Headstart" merancah dunia pendidikan. Para akademisi begitu optimis untuk membelajarkan wins dan matematika kepada anak sebanyak dan sebisa mereka (tiada berhingga). Sementara mereka tidak tahu banyak tentang anak, apa yang mereka butuhkan dan inginkan sebagai anak. Puncak keoptimisan era Headstart diakhiri dengan pernyataan Jerome Bruner, seorang psikolog dari Harvard University yang menulis sebuah buku terkenal " The Process of Education" pada lahun 1960, la menyatakan bahwa kompetensi anak untuk belajar sangat tidak berhingga. Inilah buku suci pendidikan yang mereformasi kurikulum pendidikan di Amerika. "We begin with the hypothesis that any subject can be taught effectively in some intellectually honest way to any child at any stage of development". Inilah kalimat yang merupakan hipotesis Bruner yang di salahartikan oleh banyak pendidik, yang akhirnya menjadi bencana! Pendidikan dilaksanakan dengan cara memaksa otak kiri anak sehingga membuat mereka cepat matang dan cepat busuk... early ripe, early rot!

Wednesday, April 20, 2011

Kartini masa kini: ke dapur atau tidak?

Sebetulnya berawal dari survey iseng di twitter. Kebetulan atau enggak emang pas besok hari Kartini. Penuh deh sama bahasan-bahasan emansipasi dll. Nah surveynya sih simple banget, dimulai dari seorang cowo (anonim aja yaaa) yang sepertinya sih masih single. Dia lempar pertanyaan kurang lebih gini "Jaman sekarang cowok milih istri apa musti bisa masak?" Aku sih ga begitu ngikutin sebenernya, karna taunya pun dari respon seorang ibu muda yang buat aku sih agak sedikit mengagetkan. Dia cerita dulu waktu dikenalin ke keluarga (dulu) calon suaminya, ditodong masak. Trus si calon suami jawabin keluarganya, tarolah nama cewe ini si A, "Si A gak bisa masak, lagipula aku kalo mau istri bisa masak nikahin aja pembantu, gak nyari sarjana donk!" DENG... inilah yg menggelitik aku buat comment (dasar kurang kerjaan hehehe...).

Menurutku agak aneh aja sih di hari gini masih ada pikiran seperti itu. Kalo masak identik dengan pembantu dan sarjana dengan level atau status lebih tinggi notabene gak bisa masak. Yah aku pertanyakan ke ybs. Tapi no respons. Ada juga sih ibu2 lain yg comment "Aneh ya kalo dianggap yang bisa masak cuma orang kampung." Dan langsung ditanggapi kalau konteksnya beda. Replyku sendiri gak ditanggapi secara personal. Tapi setelah aku lihat lagi Timeline si A, woww dah penuh tanpa mention. Dia bilang sih gitu aja kok repot, kan suaminya yg nafkahin kenapa orang2 pada repot2 protes. Dan lagi dia bilang ngapain bisa masak kalo ga bisa jaga suami (another logika yang aneh menurutku sih, kenapa juga donk suami musti dijagain wkwkwkwk... dan kalo dibalik apakah istri yang bisa masak itu gak bisa jaga suami?) Ada lagi dia bilang kalau suaminya "lebih suka" dia temanin makan di luar di restaurant2 dan harus bisa dandan yang cantik (Again, apakah istri yang bisa masak ga bisa dandan cantik? ah udah identik dengan pembantu bener kali ya persepsinya ehmm musti liat mommy yg satu ini nihh, anak 4 no pembantu karna di luar negeri, jago masak, berkebun, cari duit sendiri, suami dan semua anak ke handle dengan baik dan dia cantikkkk banget + langsing!! so perfect? emang ada? ada  kok yang kayak gini!! buktiin gih klik linknya!).  Trus back to si A, dia juga bilang kalo di dalam kitab sucinya gak ada diharuskan seorang istri harus bisa masak, nyuci, ngepel. Dan suaminya juga gak butuh istri yang bisa bedain bumbu masak, yang penting bisa urus suami, anak, soal masak, nyuci ngepel itu tugas pembantu (kyknya 3 tugas itu udah melekat yah job desc 'hina'nya sang maid). Di twit yang lain juga si A bilang "Kalau suami 'ngelarang' aku masak yah aku nurut sama suami, lagipula makan di luar terus siapa yang mau makan?" Nah apa bener dilarang sih?? Kalo dirunut  awal cerita sih sebenernya dimaklumi gak bisa, bukan dilarang. Intinya si ibu A (menurut aku) sedang melakukan pembelaan diri. Suaminya pun pada saat bilang gitu bukan suatu kebanggaan tapi pembelaan terhadap istrinya yang gak bisa masak. Bukan hal yang memalukan sih gak bisa masak tapi juga bukan hal yang hina untuk bisa masak.

Anyway, hasil survey abal2 ini bilang kalo 60% cowo masih mengharapkan istri bisa masak sementara 40% lainnya bilang gak masalah. Tapi banyak juga jawaban 'licik' yang bilang Gak perlu bisa masak tapi kalo dapet yang bisa yah Alhamdulilah (seperti bonus). hehehehee... Aku juga yakin sih walaupun kualifikasi bisa memasak BUKAN suatu KEHARUSAN, tapi kalau akhirnya dapat yang bisa atau mau belajar masa iya sih si suami melarang atau merasa rugi? 

Enough ah ngomongin orang (ihh yg mulai siapa :p) kalo di RT aku sendiri, suami gak mewajibkan harus masak. Tapi emang akunya sometimes enjoy aja mencampur2 bereksperimen bikin masakan atau bikin kue. Gak bilang aku jago, tapi bisalah kalo sekedar tumis, atau yg udah ada bumbu jadi. Menurut kami, makanan rumah selain lebih hemat pastinya, lebih terjamin kebersihan dan kesehatannya. Buat anak udah pasti, kandungan gizinya lebih tercontrol kan kalo masak sendiri. Tapi juga karena ga ada tuntutan, aku gak terbeban untuk masak setiap hari (Mungkin nanti kalau kami jadi move back ke Australia, tapi rasanya bayanginnya pun aku enjoy aja kok), kalau lagi males yah beli atau catering. Kalo sekarang emang aku lagi seneng aja dan mau bereksperimen manggang2 dan bikin kue. It's Fun kok!

Menurutku lagi, jaman sekarang masak memasak bukan lagi hal yang nunjukkin kasta atau grade seseorang (back to cerita tadi deh pembantu vs sarjana). Malah lebih ke lifestyle... tau donk Farah Quinn, si koki cantik yang sering di TV. Mana ada pembonti2nya wkwkwkwk... Ditambah lagi design dapur jaman sekarang, semakin trendy dan friendly dan mendorong manusia2 modern untuk "back to kitchen" Aku malah kebayang tuh main masak2an (eh tapi hasilnya masakan beneran maksudnya) sama suami dan anak2 ntar kalo dah pada gede (Lah yg pertama aja masih 3 thn kalo aku bikin kue bilangnya aja "i want to help mommy" tapi itu butter buat oles masuk mulut semua and tepung dihambur2in sampe cookienya keras hehehehe...., sedangkan yang selanjutnya alias anak ke-2 dst masih di awang2 dehh :p) Kayaknya bakalan seru yahh... Jadi keinget, dulu kaget juga pas suami tiba2 masak rendang, kami masih di Sydney and aku lagi hamil besar. Ternyata bisa juga, padahal kayaknya cuma iseng dia, terus dimasak sendiri dan dimakan sendiri wkwkwkwk...

Tuesday, April 19, 2011

Ajakan Menghukum Arifinto atau cabut UU Pornografi

"Demi kesetaraan dan keadilan, Jurnal Perempuan mengajak teman-teman untuk bergabung menyatakan sikap bersama kasus Drs. H. Arifinto yang menonton video porno pada saat sidang parlemen. Kita tahu bahwa rakyat Indonesia menggaji anggota parlemen melalui pajak. Nyatakan dukungan anda, silakan email ke yjp@jurnalperempuan.com dan jundi@jurnalperempuan.com"


PERNYATAAN

JURNAL PEREMPUAN

Konferensi Pers, Kamis, 14 April 2011, YJP, Jakarta



Padahari ini, Jurnal Perempuan bersama sejumlah aktifis dan akademisi perempuan Indonesia, berkumpul untuk menyatakan bahwa kami menyambut baik pengunduran diri anggota DPR dari Fraksi Partai Kesejahteraan Rakyat (PKS), Drs. H. Arifinto. Langkah pengunduran diri ini adalah sewajarnya dan sepatutnya dilakukan oleh pejabat publik yang bertanggung jawab kepada publik karena dibiayai oleh pajak masyarakat Indonesia.

Namun, kasus ini menurut hemat kami belum selesai. Kami menuntut Drs. H. Arifinto untuk diperkarakan secara hukum karena telah melanggar Pasal 5 dan 6 dari UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI yang berbunyi:



Pasal 5: Setiap orang dilarang meminjamkan atau mengunduh pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) yang secara eksplisit memuat:

a. persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang;

b. kekerasan seksual;

c. masturbasi atau onani;

d. ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan;

e. alat kelamin; atau

f. pornografi anak.



Pasal 6: Setiap orang dilarang memperdengarkan, mempertontonkan, memanfaatkan, memiliki, atau menyimpan produk pornografi sebagai mana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), kecuali yang diberi kewenangan oleh peraturan perundang-undangan.



Bila terbukti bersalah kami menuntut anggota PKS, Drs. H. Arifinto untuk dihukum sesuai Undang-Undang Pornografi yang menyebutkan, “setiap orang yang meminjamkan atau mengunduh pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).



Kami bersikeras bahwa penerapan hukum Undang-Undang Pornografi harus tidak pandang bulu. Terutama, karena pejabat publik tersebut dengan partainya yakni PKS telah mengusung dan meloloskan Undang-Undang Pornografi. Sebagaimana diketahui, Undang-Undang ini telah memakan banyak korban rakyat biasa dan seharusnya juga diberlakukan sama di depan hukum kepada siapapun termasuk kepada Drs. H. Arifinto.



Dalam kesempatan ini, kami ingin mengingatkan bahwa produk-produk hukum yang bias gender, anti pluralitas dan melanggar privasi orang dewasa menunjukkan sangat mudah dimanipulasi untuk kepentingan penguasa dan pihak-pihak tertentu.



Tuntutan kami bertujuan hendak memberikan contoh bahwa produk-produk hukum yang lemah secara substansi namun diloloskan harus berlaku pula kepada anggota DPR. Kami kecewa dengan pengesahan Undang-Undang Pornografi yang menurut hemat kami penuh dengan nuansa dan kepentingan kelompok agama tertentu. Oleh sebab itu, Partai berbasis agama seperti PKS harus bertanggung jawab memastikan hukum berlaku kepada mereka juga dan pejabat publik lainnya di tanah air.



Kami menghimbau agar polisi segera melakukan penangkapan dan bila tidak dilaksanakan maka kami akan melakukan penuntutan hukum secara resmi demi memenuhi rasa keadilan rakyat.



Demikian surat pernyataan kami, agar diperhatikan dengan seksama.



Jakarta, 14 April 2011




TERTANDA,


JURNAL PEREMPUAN.



Isi identitas anda pada form persetujuan ini dan kirim ke: yjp@jurnalperempuan.com


Nama: ____________

Lembaga: ______________

Alamat: ____________

Tanggal: _____________


PERHATIAN: Pernyataan akan kami sebarluaskan, dengan begitu nama dan lembaga anda yang menyetujui untuk bergabung dalam pernyataan sikap ini akan dipublikasikan.


Untuk kontak:
Kantor Yayasan Jurnal Perempuan
Telp: 8370 2005
Email: yjp@jurnalperempuan.com
www.jurnalperempuan.com

Friday, April 15, 2011

Arifinto dan Kegagalan Undang-Undang Pornografi

Kamis (14/4), Yayasan Jurnal Perempuan (YJP) bersama sejumlah aktivis dan akademisi perempuan Indonesia mengadakan jumpa pers di Kantor YJP, Jakarta. Jumpa pers ini untuk menyatakan bahwa penyikapan kasus anggota DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Drs. H. Arifinto, yang membuka konten porno di ruang sidang Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) belumlah cukup.

Selaku juru bicara YJP, Mariana Amiruddin menyatakan bahwa langkah pengunduran diri Arifinto sudah sepatutnya. “Pejabat publik bertanggung jawab kepada publik, dan mereka dibiayai oleh pajak masyarakat Indonesia. Namun, kasus ini belum selesai,” jelas direktur YJP ini.

Meski perangkat yuridis tersedia, hingga kini tidak ada usaha dari pihak aparat untuk menindak Arifinto secara hukum. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi telah diberlakukan kepada orang lain. Jika Arifinto tidak ditindak berdasarkan UU Pornografi (UUP), maka undang-undang (UU) ini diterapkan secara diskriminatif. “Sebelum disahkannya UUP, kami sudah mengira bahwa aturan ini diskirminatif,” jelas Mariana.

Aktifis perempuan, Ayu Utami menjelaskan bahwa UUP telah menghukum Ariel Peterpan secara hukum negara dan norma sosial. “Kami terganggu karena hukum berlaku diskriminatif, tidak merata,” ujar novelis ini. Ariel melakukan hal privasi di ruang privat. Sedangkan Arifinto, melihat pornografi di ruang publik, bernama ruang rapat DPR, tempat pengesahan pelarangan pornografi.

Peneliti isu perempuan, Myra Diarsi berpendapat, partai merupakan lembaga perebut kekuasaan. PKS merebut kuasa, salah satunya, lewat isu pornografi. Partai berasas Islam ini memakai hawa moral untuk memerintah. Tapi konyolnya, alat rebut kekuasaan ini tidak pernah mengilhami mereka. Menentang pornografi, tapi anggotanya menonton pornografi di ruang sidang. Ini gambaran kebangkrutan politisi. Pengunduran diri saja, bukanlah penyelesaian. “Apabila kemunduran ini diterima dengan senang hati, akan menjadi bentuk kemunafikan. Apa yang terobati dari pengunduruan diri?” ujar Myra.

Demi keadilan bagi semua orang, Arifinto harus diperkarakan secara hukum. Ia telah melanggar Pasal 5 UUP, berbunyi: Setiap orang dilarang meminjamkan atau mengunduh pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) yang secara eksplisit memuat: a. persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang; b. kekerasan seksual; c. masturbasi atau onani; d. ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan; e. alat kelamin; atau f. pornografi anak. Dan Pasal 6 UUP, berbunyi: Setiap orang dilarang memperdengarkan, mempertontonkan, memanfaatkan, memiliki, atau menyimpan produk pornografi sebagai mana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), kecuali yang diberi kewenangan oleh peraturan perundang-undangan. Bila terbukti bersalah, Arifinto harus dihukum pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

Selain prinsip keadilan, hal lainnya dikarenakan Arifinto sebagai bagian dari PKS telah mengusung dan meloloskan UUP. Harus diingatkan bahwa produk-produk hukum yang bias gender, anti pluralitas dan melanggar privasi orang dewasa, sangat mudah dimanipulasi untuk kepentingan penguasa dan pihak-pihak tertentu. []
Oleh: Usep HS